Nasionalisme dalam Belenggu Waktu
”Manusia memang dilahirkan bebas tapi secara keseluruhan sebenarnya ia terbelenggu” (Jean Jacques Rousseau)
TUJUH puluh tahun barangkali rata-rata harapan hidup manusia sekarang. Seumur demikian umumnya manusia sudah ”selesai”. Jikapun ia masih hidup, atau tetap ingin hidup, sebenarnya ia harus mendapatkan makna baru hidupnya.
Mungkin itulah yang berlaku pada Belenggu, roman karya Armijn Pane. Ketika kita membacanya, saat ini, kita akan menemukan sebuah ”hidup” yang baru, sebuah nilai baru, makna baru.